CARI BERKAH KLIK DI SINI
20 April 2012
LAPORAN KHUSUS BAHASA DAERAH (Bagian 2) : Krisis Bahasa Jawa Dermayu Sudah Lama
Jumat, 20 April 2012
PENDOPO INDRAMAYU ONLINE
LAPORAN KHUSUS BAHASA DAERAH (Bagian 2)
SOIMALIA MAHAR, Pemerhati Seni dan Budaya Indramayu
Krisis Bahasa Jawa Dermayu Sudah Lama
INDRAMAYU, PENDOPO INDRAMAYU ONLINE – “Banyak jalan menuju Roma”. Barangkali inilah salah satu
konsep yang harus dipahami para pengembang dan pengambil kebijakan tentang
bahasa ibu di negeri ini, khususnya Bahasa Jawa Indramayu yang lebih dikenal
dengan sebutan “Basa Dermayu” sebagaimana materi dalam Bagian 1 yang lalu. Karena
di lapangan diduga telah terjadi krisis komunikasi dengan “Basa Dermayu”, dan
terjadi di hampir seluruh kawasan Kota Mangga itu. Kecuali di pedesaan,
komunikasi sehari-hari masih kental menggunakan “Basa Dermayu”. Tapi kalau
sudah di wilayah kotanya, benar-benar terjadi krisis bahasa Jawa Dermayu.
Memperihatinkan, di tengah gencarnya upaya pemerintah melestarikan bahasa ibu,
krisis bahasa lokal cenderung terjadi dimana-mana.
Kata “Basa” dalam beberapa buku panduan bahasa daerah
Kota Mangga itu, pengertiannya sama saja dengan “Bahasa”. Tidaklah aneh apabila
buku-buku pelajaran Bahasa Jawa yang diperkenalkan kepada pelajar di kabupaten
Indramayu, Provinsi Jawa Barat, tertulis “Basa Jawa” yang dipelajari murid
Sekolah dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang sederajat sebagai
mata pelajaran muatan lokal.
Namun demikian, belum semua kalimat atau pun sajian mata
pelajaran Basa Jawa itu sama persis dengan bahasa Jawa Dermayu. Sehingga, dalam
penerapannya sehari-hari, kadang pelajar tersebut terkesan mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi. Ini diakui oleh sejumlah pelajar di Kabupaten Indramayu,
ketika mereka ingin menggunakan kromo
inggilnya (bahasa halus) basa
Jawa Dermayu di tengah-tengah masyarakat, tak jarang diantara mereka diliputi
rasa keragu-raguan dan takut salah dalam mengucapkan bahasa halus dan sopannya
dalam tata pergaulan sehari-hari. Akhirnya, kromo
inggil basa Jawa Dermayu, umumnya hanya masih dalam tataran materi
pembelajaran saja, belum sampai ke realisasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Krisis pemakaian Basa Dermayu yang halus dan sopan, atau
dengan julukan kromo inggil Basa Dermayu tampaknya tengah
melanda wilayah Kabupaten Indramayu. Lihat saja, pemakaian sehari-hari,
masyarakat setempat yang juga asli “wong Dermayu” (begitu julukan bagi warga
asli kelahiran Indramayu), kromo inggil
tampaknya sudah jarang digunakan dalam perbincangan sehari-hari di
tengah-tengah masyarakat setempat. Yang masih, berdialog dengan Basa Jawa
Dermayu, yang secara etika bahasa jawa, konon, termasuk kasar, bukan yang halus
atau kromo inggilnya.
Kajian dan buku-buku yang membongkar krisis bahasa Jawa
Dermayu, diduga belum ada yang terbit. Sedangkan media massa cetak dan
elektronik pun, belum banyak yang mengulas terjadinya krisis bahasa ibu
tersebut.
Soimalia
Mahar, pemerhati seni dan budaya Indramayu pernah mengatakan, perjuangan untuk
tetap mempertahankan bahasa ibu, tampaknya sudah menjadi agenda penting Badan
Dunia yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), semisal UNESCO, Badan
Dunia yang membidangi Pendidikan dan Kebudayaan. Sekitar tahun 2010 silam,
lembaga itu pernah memberikan laporannya, bahwa sudah banyak bahasa ibu yang
punah di seluruh dunia. Sebagian lagi nyaris punah. “Memperihatinkan,” katanya.
Soimalia beranggapan, krisis kromo inggil basa Dermayu sudah lama. Ada apa ? (Satim)***(BERSAMBUNG)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar