Mundurnya Kader PG, Perluas Konflik
BANDUNG - Pengunduran diri 1.123 kader Partai Golkar (PG) DPD Jawa Barat bukan mustahil menyeret persoalan ke tingkat nasional mengingat Jabar selama ini dikenal sebagai kiblat partai berlambang beringin tersebut. Dibutuhkan sikap proaktif dari para pengurus partai untuk mengadakan konsolidasi menyeluruh.
”Para kader yang mengundurkan diri bukan mustahil melakukan lobi ke atas. Ini tentu akan memperluas konflik. Efek domino ke daerah-daerah lain juga sangat mungkin terjadi,” kata pengamat politik Universitas Parahyangan Bandung Asep Warlan Yusuf.
Menurut Asep, pengunduran diri massal seperti itu merupakan fenomena partai yang biasa terjadi pascapemilihan pengurus baru. Di tingkat pusat, fenomena yang sama juga terjadi. Surya Paloh mundur dari partai setelah kalah dari Aburizal Bakrie dan membentuk Nasional Demokrat (Nasdem). ”Jangan-jangan arahnya ke sana juga,” ujar Asep.
Fenomena mudahnya kader mengancam keluar atau pindah parpol di Indonesia, menurut Asep, bukan merupakan suatu pendidikan politik yang baik bagi masyarakat.
Pengamat politik yang juga mantan kader Golkar Tjetje H. Padmadinata mengungkapkan, pengunduran diri 1.123 kader Golkar bukanlah persoalan main-main. ”Lebih parah pemberontakan satu batalion daripada serangan lima divisi dari luar. Roboh dari dalam jauh lebih membahayakan,” ucapnya.
Menurut Tjejte, pengurus harus proaktif melakukan konsolidasi agar konflik tidak meluas. Komunikasi internal yang macet mesti dibuka. Pengurus terpilih membuka diri pada kompetitor yang kalah, membuktikan bahwa partai masih aspiratif dan akomodatif. ”Mesti dituntaskan sekarang mumpung masih berupa riak protes, belum jadi gelombang,” katanya. (A-165/A-147)***
Source : Pikiran Rakyat, Senin, 15 Maret 2010 , 04:51:00
0 komentar:
Posting Komentar