CARI BERKAH KLIK DI SINI

9 November 2010

Yance, "Kuda Liar" Indramayu

FORUM

Yance, "Kuda Liar" Indramayu

Oleh TANDI SKOBER

Politik identik dengan olok-olok? Tentu tidak. Meski begitu, hiruk-pikuk politik tidak cuma layak diadopsi sebagai anekdot yang nganeh-nganehi, juga layak dijadikan arena zero sum game. Pepatah bilang, kuda liar dapat diburu, langkah Irianto MS Syafiuddin siapa yang tahu. Tentu itu setelah Aburizal Bakrie mencopot Irianto sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat periode 2009-2015.

Irianto tentu bukan kuda liar yang berputar pada rotasi risau politik Golkar. Maklum, wong Dermayu lebih memaknai nomena politik sebagai ruang teater masres, sandiwara rakyat yang bercerita tentang raja, rakyat, dan air mata. Ada raja dibalut baju kebesaran berwarna kuning keemasan sebagai tokoh protagonis. Ada paman patih berseragam baju hijau. Ada juga tokoh antagonis bergaun merah darah. Kuning, hijau, dan merah itu tak pernah berhenti tawafi sistem dan nilai-nilai holistisme sembah sungkem.

Dalam ruang teater masres Dermayonan, konon Yance diusung sebagai sosok raja bermahkota Golkar yang memancarkan aura warna kuning keemasan. Yance adalah sinatria lelananging jagad sing mumpuni. Jadi, tak aneh bila pada pemilu legislatif lalu di Kabupaten Indramayu Golkar Yance menjadi pemegang mayoritas parlemen dengan 48 persen (24 kursi) dari 50 kursi yang ada. Bukan hasil luar biasa pula manakala wanodya tercintanya, Anna Sophana, meraih 60,81 persen dalam pemilu kepala daerah Indramayu. Air cucuran birokrasi jatuhnya ke pangkuan istri juga. Anna dipastikan menjadi Bupati Indramayu 2010-2015. Terus? Wis dadi lelakon Dermayu, seperti diprediksi para pemerhati "Wiro Sableng 214", bahwa sang putra mahkota dimungkinkan naik panggung menjadi Bupati Dermayu 2015-2025!

Apa artinya? Yance tak pelak bagai matahari Indramayu sekaligus mata air peradaban yang menapaki takdir kuminter. "Dalam diri Yance ada the movement of the progressive societies has hitherto been a movement from status to contract," ucap saya lirih, suatu hari ketika Yance mengunjungi rumah saya di Indramayu, membicarakan kapling tanah di bekas lahan pabrik es pinggir Sungai Cimanuk. Itu terjadi sebelum Yance menjadi bupati.

Teater masres

Kini matahari Indramayu itu berhadapan dengan gemerlap emas Monas matahari Jakarta. "Emas Monas itu simbol bola mata politik Indonesia," ucap saya, akhir November 2009, ketika Yance berhasil mengumpulkan suara pada putaran kedua sebanyak 19 dari 30 suara pada Musyawarah Daerah Partai Golkar Jabar di Hotel Savoy Homann Bandung. Andai saya jadi Yance, akan saya biarkan Eldie Suwandie atau Dada Rosada menjadi sang pemenang. Kenapa? Menjadi raja kuning dalam ruang teater masres itu lebih menenteramkan kalbu.

Lagi pula, runcing kuning Golkar yang menancap di langit-langit Jakarta selalu saja bercerita tentang lelehan ejakulasi politik. Siapa menjadi apa telah menjadi bagian dari konflik internal. Tiap kali ada batuk-batuk di Cikeas, selalu saja ada garis risau di dahi Aburizal Bakrie. Siapa lagi yang akan menari di belantara politik Indonesia?

Itulah Indonesia, Yance! Politik selalu bergerak dalam ruang gelap. Hanya orang yang bisa melihat dalam gelaplah yang bisa mengalkulasi ke mana arah angin berembus. Lain halnya sandiwara masres Dermayonan, tanpa lampu, mustahil bisa menjadi tontonan dan tuntunan. Akan tetapi, sudah menjadi nasib dan nasab, mega mendung selalu memayungi ruang teater masres dan selalu bermula dari ejakulasi emas Monas manise.

Seperti pagi ini, saya baca hiruk-pikuk pencopotan jabatan Yance sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jabar periode 2009-2015. Lihatlah awan mendung itu menjadi miliaran tetes air hujan yang jatuh bersamaan. Imajinasi masres Indramayu menampungnya dalam mangkok-mangkok porselin halus dan dihidangkannya di atas tikar zikir di sebuah perkampungan kumuh. Pedih dan menyakitkan. Ini membuat risau paman patih berbusana gamis hijau.

"Secara kelembagaan kami sudah menyatakan sikap tegas. Jika benar Yance dipecat, seluruh jemaah Asysyahadatain akan menarik dukungan dari Golkar," kata Sekretaris Jenderal DPW Jemaah Asysyahadatain Jabar Habib Toha bin Yahya, Selasa (24/8).

Maka, siapa yang mencuri mimpi Indramayu ketika Jakarta menjadi air mata matahari yang mati rasa? Tidak jelas! Namun, dari sini Yance menapaki takdirnya. Yance terjebak oyod ming mang. Hari-hari ke depan bakalan ada tarian ilalang bergerak begitu liar dalam jemari hatinya. Ada gerbong-gerbong takdir yang meluncur di atas ribuan rel panjang berbelok-belok. Kumpul tanya pun mengukir di ruang hampa politik. Ke arah mana gerbong ini diluncurkan? Di stasiun mana takdir Golkar berganti lakon? Di jendela mana Yance bisa melihat lintasan nasib Golkar?

Stagnasi mimpi

Adakah itu gelisah Yance? Tak jelas! Yang ada di mata Yance adalah Golkar yang terperangkap dalam stagnasi mimpi yang diciptakannya sendiri. Elite Golkar "bersenggama" dengan impian-impian aneh. Mereka menjilati sisa lendir kekuasaan dari selangkangan raksasa bernama matahari Jakarta! Lantas, dalam ruang kumpul keplok selalu saja hasrat rakyat diadopsi sebagai kearifan-kearifan kekuasaan.

Adakah Yance masih mau menari di bawah tarian matahari yang goyah itu? Saya tersenyum. Tintaku mengalir pada ruang sejarah yang hangat pada abad XVII ketika kapal-kapal Portugis berniat menguasai Cerbon-Indramayu. Ada sebuah nama yang tidak dicatat sejarah, tetapi menjadi pembuat sejarah, bernama Ki Mardiah. Ia tidak ingin Indramayu menjadi adonan dolanan saudagar Portugis.

Caranya? Ia kumpulkan ratusan wanita Indramayu. Bokong ratusan wanita itu diolesi arang. Terus? Para wanita Indramayu itu nungging membelakangi laut pantai utara. Konon, saat kapten kapal Portugis itu meneropong pantai Dermayu, ia melihat ratusan pantat meriam siap tembak. Pantat-pantat hitam mirip meriam itulah yang membuat kapal-kapal Portugis berbalik arah meninggalkan Indramayu.

Adakah Yance akan mengikuti jejak cerdik Ki Mardiah? Saran saya, coba becermin pada lakon masres bertajuk Kentut Semar Kudapawana. Konon kentut Semar, meski pelan, mampu mengubah Batara Guru menjadi sosok Cungkring berkalung kuning.

TANDI SKOBER,

Penulis Lepas

Source : Kompas, Rabu, 29 September 2010 | 16:12 WIB

Yance Ditawari Pindah ke PDIP tanpa Syarat

Yance Ditawari Pindah ke PDIP tanpa Syarat

BANDUNG - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat, Rudi Harsya Tanaya, menawarkan tanpa syarat khusus jika Bupati Indramayu Irianto MS Syafiuddin (Yance) saat ini, ingin masuk ke PDIP. Bahkan, Rudi mengakui jika Yance merupakan politisi unggul di wilayah Jabar, khususnya Pantura.

Rudi menuturkan, kemampuan Yance dalam berpolitik sudah terlihat dari kemenangan partai Golkar di Kabupaten Indramayu dengan raihan suara yang mayoritas. Terkait hal itu, kata Rudi, jika Yance ingin masuk ke PDIP, maka pihaknya akan membuka luas pintu partai. Syarat khusus pun tidak akan diterapkan.

"Tidak ada syarat khusus untuk Yance. Paling syarat normatif saja. Jika akan masuk sangat dipersilahkan, karena PDIP partai terbuka," kata Rudi kepada wartawan seusai acara peresmian Gedung DPD PDI Perjuangan, di Jln. Pelajar Pejuang, Kota Bandung, Sabtu (6/11).

Sementara itu, PDIP perjuangan Jawa Barat juga berencana akan membuka rumah sakit umum yang melayani Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang bernama RS. Kimarhaen. Rumah sakit ini rencananya akan dibangun di gedung lama DPD PDIP Perjuangan Jabar di Jln. Soekarno-Hatta, Kota Bandung. Gedung lama tersebut nantinya akan direnovasi sesuai dengan kebutuhan rumah sakit nantinya.

Selain akan menyediakan rumah sakit untuk masyarakat yang tidak mampu, kata dia, pihaknya akan membuka stand nasi murah yang nantinya akan menjual kebutuhan pokok yakni nasi banteng.”Rencananya akan buka seminggu sekali atau sebulan sekali. Itu tergantung dari hasil kesepakan bersama,” katanya.

Dia menjelaskan pemberian nama nasi banteng tersebut, berdasarkan pada logo PDI Perjuangan yang menggambarkan sosok banteng. “Moncong putih,” katanya.

Menurut dia, pihaknya akan membuka stan tersebut di sebelah gedung DPD PDIP Jabar di Jln. Pelajar pejuang, Kota Bandung.”Dengan demikian, kami bisa terus membantu serta lebih dekat dengan masyarakat,”ungkapnya. (A-194/das)***

Source : Pikiran Rakyat Online, Sabtu, 06/11/2010 - 23:27

Komentar Berita

  • Surasedana. (not verified) on Senin, 08/11/2010 - 01:50

Setuju sekali usulan kang Rudi HT/PDIP Jabar;
Tapi Kang Yance,-kalau membubarkan Golkar Jabar
jangan langsung ke PDIP-masih ada kerikil duitMG.
Sebaiknya,tetap seperti rencana semula yaitu BedolDesa
ke Partai Demokrat Jabar.Biar lebih energik dan asyik.
Kita pasti asyik melihatnya.

 

My Blog List

JASA PENGIRIMAN UANG

Site Info

Followers/Pengikut

PENDOPO INDRAMAYU Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template