CARI BERKAH KLIK DI SINI

15 November 2010

Sanca, Desa Gulita Era Modern

INFRASTRUKTUR

Sanca, Desa Gulita Era Modern

Perjalanan ke rumah Musta (70) di Kampung Tegal Sapi, Desa Sanca, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, dalam 700 meter terakhir harus dilalui dengan berjalan bertelanjang kaki. Apa mau dikata, jalan tanah itu penuh lumpur setelah diguyur hujan. Sewaktu-waktu bisa saja terpeleset karena tiada lampu penerangan. Maklum, Sanca termasuk desa yang belum teraliri listrik Perusahaan Listrik Negara.

Sebelum tiba di rumah Musta, di kanan-kiri jalan terlihat beberapa rumah yang gelap gulita. ”Saya layak bersyukur karena sudah ada lampu menyala di rumah ini, daripada rumah- rumah lain yang tetap tanpa penerangan,” ujar Musta, awal pekan lalu di teras rumahnya.

Sambil menghirup rokok hasil lintingan sendiri, ia mengisahkan, instalasi penerangan di rumahnya terpasang sejak Lebaran, pekan kedua September lalu. Ia yang sehari-hari bertani dan berladang harus membayar Rp 350.000 untuk menebus jaringan itu. ”Yang Rp 250.000 dibayar sebelum Lebaran. Rp 100.000 sisanya setelah Lebaran, itu setelah berkali-kali ditagih karena terlambat membayar. Bagaimana lagi, sedang susah cari uang,” tutur Musta, yang malam itu didampingi istrinya, Casina (60).

Listrik di rumah Musta adalah listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sebagai listrik yang bukan dari PLN, dayanya terbatas. Namanya juga PLTS, kekuatannya bergantung pada sinar matahari. Ketika Indramayu sering mendung dan hujan seperti akhir-akhir ini, daya yang tertampung hanya sedikit.

Tak mengherankan jika di rumah Musta hanya ada dua lampu yang bisa menyala sampai pagi. Itu sudah maksimal. Pernah suatu malam, saat Andi, menantunya, datang dari Jakarta, Musta menyalakan tiga lampu. Malang tak kuasa ditolak, semua lampu itu padam total sejak pukul 03.00, dan tak hidup lagi hingga matahari muncul di ufuk timur.

”Memang hanya kuat untuk dua lampu. Ditambah satu saja, pukul tiga sudah mati. Makanya saya tidak pernah berpikir menyalakan televisi, bahkan radio sekali pun. Kalau siang hari ada yang numpang nge-charge handphone, lebih tidak kuat lagi. Dua lampu sampai pagi, sudah untung,” tutur Musta.

Pasangan Musta-Casina beruntung karena di Kampung Tegal Sapi belum semua warga menikmati listrik PLTS, apalagi PLN. Dari 300 rumah di kampung itu, baru 90 rumah yang berlistrik, semuanya dari PLTS. Data yang dihimpun menyebutkan, untuk membayar Rp 350.000 guna pemasangan jaringan, sebagian warga rela menjual kambing dan ayam peliharaan.

Adapun untuk Desa Sanca, sesuai dengan penjelasan Kepala Desa Sanca, Mulus (63), dari 2.500 rumah warga, baru 120 di antaranya yang sudah menikmati listrik tenaga surya. ”Bukan hanya rumah-rumah di seputar hutan yang belum ada lampunya. Rumah di dekat pusat Desa Sanca juga masih banyak yang gelap,” kata Mulus, Senin (25/10).

Tempat ”nongkrong”

Rumah-rumah di Desa Sanca, seperti halnya rumah Musta dan Casina, mayoritas berdinding bambu dan beralas tanah. Di teras rumah Musta yang dikitari sawah dan tegalan, tersedia dua balai-balai untuk menerima tamu. Di teras itu pula, ada seember air bersih yang bisa dipakai untuk mencuci kaki, bila ada yang kena becek dalam perjalanan ke rumahnya. Satu-satunya ruang di rumahnya sangat multifungsi karena menjadi kamar tidur, ruang keluarga sekaligus dapur, juga beralas tanah.

Sebagai salah satu yang berlampu, wajar jika rumah Musta kerap menjadi tempat nongkrong warga di malam hari. Terlebih, Casina sering menyediakan pisang goreng sebagai kudapan para tamu. Sejumlah anak di kampung itu, salah satunya Otong, anak Ma’an, tetangga Musta, juga sering singgah dan bermain di situ. ”Anak-anak senang karena di sini ada lampu. Kalau di rumah mereka, gelap,” tambah Casina.

Suasana Kampung Tegal Sapi di Desa Sanca adalah ironi modernisasi Indonesia, yang sudah menjadikan jaringan listrik sebagai komponen penting kehidupan. Posisi Indramayu di Provinsi Jawa Barat, yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, pusat pemerintahan, tak membuat Indramayu tercukupi kebutuhan listriknya.

Lebih celaka lagi, Kampung Tegal Sapi yang mengandalkan PLTS, tak begitu jauh dari desa sebelahnya, Lajem, yang sudah berjaringan listrik PLN. Saat mudik Lebaran lalu, disiagakan pos polisi di Lajem. Ketika pekan lalu Kompas melintasi jalan desa Lajem, yang menjadi jalur alternatif mudik Idul Fitri 2010, pos polisi tersebut masih tegak berdiri, lengkap dengan lampu listrik PLN-nya.

Rasio rendah

Berdasarkan pendataan Februari 2010, ada 34.600 rumah tangga di 187 desa di Indramayu yang belum menikmati listrik. Jumlah itu mencapai separuh lebih dari total 315 desa di Indramayu, yang tersebar mulai dari perbatasan Subang, Sumedang, Majalengka, hingga Cirebon. Dari data itu, setidaknya ada sekitar 35.000 rumah di Indramayu belum diterangi listrik.

Meskipun listrik PLN sudah ada di hampir di semua desa, itu tak menjamin semua rumah teraliri listrik. Ada beberapa desa yang sebagian rumah warganya masih tanpa penerangan, seperti Desa Sanca di Kecamatan Gantar, Desa Sukaslamet dan Kroya (Kecamatan Kroya), serta Desa Cikawung dan Jatimulya (Kecamatan Terisi).

Rasio elektrifikasi pelanggan rumah tangga di Indramayu juga rendah, hanya 57,28 persen. Angka itu jauh di bawah rasio elektrifikasi Jawa Barat yang berkisar 67 persen. Menurut Kepala Bidang Pertambangan dan Energi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Indramayu Dodi Dwi Endrayadi, bisa jadi angka riil rasio elektrifikasi Indramayu lebih besar karena belum semua rumah tak berlistrik, sudah terdata.

Kondisi geografi, mahalnya biaya pasang jaringan, dan lemahnya pemetaan jaringan oleh PLN menyebabkan banyaknya rumah tanpa listrik di Indramayu. Hutan jati di selatan Indramayu, misalnya, adalah salah satu kawasan yang sulit dipasangi jaringan listrik. Beberapa kampung berada di tengah hutan. Jalan masuknya pun masih setapak dan berupa tanah lempung.

Tak mengherankan jika untuk menyambung listrik, dibutuhkan biaya Rp 1 juta per rumah. Ongkos yang mahal bagi buruh tani dan petani tumpang sari di sekitar hutan Indramayu. Ongkos nyantol dari rumah tetangga, yang jarak antarrumah berjauhan, juga tak murah. Sebab, mereka harus menyediakan kabel yang sepanjang 500 meter lebih.

Energi alternatif penghasil listrik yang paling memungkinkan di Indramayu, sejauh ini hanya PLTS. Pembangkit listrik mikro hidro? Maaf, Indramayu tidak punya sumber air dan jeram-jeram sungai yang bisa menjadi penggerak turbin pembangkit. Sedangkan kekuatan dan intensitas angin yang tak teratur membuat pembangkit listrik tenaga angin pun tidak optimal.

Pemasangan instalasi PLTS di rumah warga dengan prioritas rumah tangga miskin dan sejahtera dimulai sejak 2001. Namun, tidak setiap tahun ada penyambungan ke rumah-rumah, disesuaikan dengan anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hingga Oktober 2010, tercatat 1.227 rumah warga Indramayu berjaringan PLTS. Terbanyak adalah pemasangan 2009 yang 556 jaringan. Tahun ini? Hanya 279 unit.

Setidaknya butuh biaya Rp 35 miliar agar sekitar 35.000 rumah warga di Indramayu teraliri listrik PLN. Itu dengan asumsi, ongkos pasang jaringan PLN per rumah seharga Rp 1 juta. Jika dengan PLTS, dana yang dibutuhkan lebih besar lagi karena tiap unit PLTS biaya alatnya berkisar Rp 5 juta.

Berharap dari anggaran kelistrikan di APBD Kabupaten Indramayu? Tidak prospektif juga. Tahun 2010, hanya ada anggaran untuk memasang jaringan di 100 rumah di desa. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tahun ini juga hanya menyiapkan pemasangan instalasi PLN di 700 rumah se-Indramayu, dalam program listrik desa. Jika anggaran per tahun dari pemerintah Jawa Barat dan Indramayu hanya untuk 1.000-1.200 unit rumah per tahun, diperkirakan, seluruh desa di Indramayu baru terang 30 tahun lagi.

Nasib Kampung Tegal Sapi, Desa Sanca, seperti di rumah Musta, adalah ironi program kelistrikan nasional. Sementara PLN berjanji akan menyambung aliran listrik ke rumah 1 juta pelanggan yang masuk daftar tunggu, pada Hari Listrik Nasional 27 Oktober lalu; Musta dan Casina masih harus prihatin dengan daya lampu PLTS yang amat terbatas. (Timbuktu Harthana/Adi Prinantyo)***

Source : Kompas, Senin, 8 November 2010 | 06:12 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog List

JASA PENGIRIMAN UANG

Site Info

Followers/Pengikut

PENDOPO INDRAMAYU Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template