Polisi Nepal berupaya menghentikan warga Tibet yang melakukan aksi protes terhadap Pemerintah China di Stupa Baudhanath di Katmandu, Nepal, Rabu (10/3). Hari itu merupakan peringatan aksi perlawanan rakyat Tibet terhadap China pada 10 Maret 1959. Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, pun kemudian hidup di pengasingan di India. (AP Photo/Binod Joshi)***
TIBET
Dalai Lama: China Ingin Membasmi Buddhisme
DHARMASALA, Rabu - Dalai Lama, Rabu (10/3), mengecam pihak berwenang China, menuduh mereka mencoba untuk ”membasmi Buddhisme” di Tibet, saat dia memperingati sebuah pemberontakan yang gagal terhadap pemerintahan China atas kawasan itu.
Komentar keras pemimpin spiritual Tibet itu tampaknya menandai frustrasinya dengan upaya sia-sia untuk merundingkan sebuah kompromi dengan China. Walau demikian, dia mengatakan tidak akan meninggalkan perundingan.
China selama ini menuduh Dalai Lama sebagai separatis yang menginginkan kemerdekaan bagi Tibet, yang menurut China merupakan wilayahnya. Dalai Lama mengatakan, dia hanya menginginkan sebentuk ekonomi bagi Tibet di dalam China yang akan memungkinkan kebudayaan, bahasa, dan agama Tibet tumbuh subur.
Dua tahun lalu, protes antipemerintah meletus di Tibet, dan China menindak keras.
Sejak itu, kehadiran polisi di ibu kota Lhasa sangat nyata, dan bahkan ditingkatkan dalam beberapa hari terakhir dengan polisi bersenapan menjaga persimpangan dan memeriksa identitas.
Dalam pidato tahunannya—dari tempat pengasingannya di India untuk memperingati 51 tahun sebuah pemberontakan Tibet yang gagal terhadap China—Dalai Lama mengatakan, pihak berwenang China melakukan sebuah kampanye ”re-edukasi patriotik” di biara-biara di Tibet.
”Mereka menempatkan para biksu dan biksuni dalam kondisi seperti di penjara, menghilangkan kesempatan mereka untuk belajar dan berpraktik dalam damai,” katanya, menuduh China berupaya untuk ”secara sengaja menghabisi Buddhisme”.
Pemimpin spiritual Tibet itu mengatakan bahwa ”apakah Pemerintah China mengakui atau tidak, ada masalah serius di Tibet,” tetapi upaya untuk berunding dengan kepemimpinan China mengenai pemberian otonomi terbatas pada rakyat Tibet tidak menghasilkan apa-apa.
”Menilai dari sikap kepemimpinan China yang sekarang, harapan kecil bahwa sebuah hasil akan dicapai segera. Meskipun demikian, pendirian kami untuk melanjutkan dialog tetap tidak berubah,” katanya dalam pidatonya berbahasa Tibet.
Kementerian Luar Negeri China tidak memberi tanggapan segera mengenai tuduhan Dalai Lama itu. Namun, Zhou Yuan, seorang akademisi China pada Pusat Riset Tibetologi China, yang punya pandangan sejalan dengan pemerintah, mengatakan, Dalai Lama marah karena gagal mencapai kemerdekaan Tibet dan menyangkal Beijing melakukan penganiayaan agama.
Dalam pidatonya, Dalai Lama menyatakan dukungannya pada minoritas Uighur di Provinsi Xinjiang, dengan menyebut kawasan itu sebagai ”Turkestan Timur”, nama yang diberikan oleh para eksil prokemerdekaan.
”Mari kita juga mengingat rakyat Turkestan Timur yang mengalami kesulitan dan tekanan,” katanya. ”Saya ingin menyampaikan solidaritas saya dan tetap mendampingi mereka.”
Komentar ini hampir dipastikan akan membuat berang Beijing. (AP/Reuters/DI)***
Source : Kompas, Kamis, 11 Maret 2010 | 03:01 WIB
0 komentar:
Posting Komentar